Pelestarian Tayub Di Zaman Milenial

Seiring dengan berkembangnya zaman, kesenian pun tidak luput untuk ikut dipaksa bergerak mengikuti ke arahnya. Berawal dari kedatangan seorang tokoh dalang ke dusun Saradan yaitu Bapak Adi Carito yang merupakan awal dari pintu kesenian di dusun Saradan terbuka. Dengan membawa peralatan sekaligus sebagai pelaku seni beliau memperkenalkan Gamelan dan Wayang kepada warga dusun Saradan dan diterima dengan sangat baik hingga kini. Dan hingga kini kesenian di Saradan masih banyak yang dilestarikan oleh para tokoh kesenian yang ada di Saradan agar tidak terkubur termakan oleh kemajuan zaman.

Salah satu pelaku seni lainnya yang sekaligus merupakan ketua sanggar seni muda budaya yaitu Bapak Sugiran juga ikut serta mempertahankan kesenian yang sudah ada di dusun Saradan ini. Kesenian yang ada di dusun Saradan saat ini terbilang cukup banyak dan beragam seperti, Karawitan, Ketoprak, Campur  Sari, Reog, Hadroh, Qasidah, Jatilan, dan Tayub. Dari sekian banyak kesenian yang ada, Tayub merupakan salah satu kesenian yang hingga saat ini kelestariannya sangat dijaga oleh warga dusun Saradan itu sendiri.

Tayub merupakan pentas seni yang diadakan setahun sekali, dan termasuk kedalam rangkaian Merti dusun. Merti dusun sering dimaknai sebagai bentuk dari simbol rasa Syukur masyarakat kepada sang Pencipta atas apa yang telah diberikan. Tayub sendiri hadir dan berkembang di kalangan Masyarakat yang mayoritas masih sebagai petani. Warga Saradan sendiri mempercayai bahwa warisan tradisi di wilayah ini memiliki nilai dasar yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan. Nilai dasar diantaranya yaitu harus menjaga kerukunan, menghargai warisan nenek moyang serta saling tolong menolong.

Pentas Seni Tayub Merti Dusun Saradan

Hal unik lainnya yang ada di dusun Saradan yaitu bagi pengantin baru warga luar dusun Saradan harus melakukan prosesi minum air dari Sendang Sumur Surosetiko yang berada di dusun Saradan. Pemberian air untuk diminum disaksikan oleh keluarga dan masyarakat sekitar. Dengan meminum air yang langsung dari Sendang diharapkan pengantin baru dapat segera krasan, mampu beradaptasi dengan baik di tengah keluarga dan lingkungan baru. 

Prosesi minum air dari Sendang Sumur Surosetiko

Terlepas dari banyaknya kesenian yang ada di dusun Saradan, masyarakat juga ikut serta menunjukkan keminatannya. Kesenian wayang sendiri digemari oleh generasi yang lebih tua dikarenakan lebih memahami alur ceritanya. Namun, banyak generasi muda yang mlai tertarik dikarenakan penataannya yang sudah mulai modern. Jatilan dan reog banyak digemari oleh generasi muda, dan Hadroh yang digemari oleh lintas generasi menyukai kesenian tersebut. Tidak hanya itu, Qasidah dari dusun Saradan juga pernah memenangi lomba juara satu di Kabupaten, dan pernah juga diminta dua kali untuk mengisi acara di Sekaten Alun-alun.

Beranjak dari minat masyarakat terhadap kesenian tidak terlepas juga dari keresahan yang dirasakan oleh para pelaku seni yang ada di dusun Saradan. Tantangan terbesar saat ini bagi para pelaku seni yaitu regenerasi. Di Beberapa kelompok tertentu beberapa kesenian masih belum diterima dengan sepenuhnya, contohnya Reog. Beberapa anak muda merasa malu karena menganggap kesenian Reog kolot, padahal Reog memiliki nilai seni yang lebih. 

Berlandaskan pada visi misi pelaku seni yang paham agama, tetapi orang beragama yang juga paham kesenian Bapak Sugiran selaku ketua Sanggar Muda Budaya memiliki harapan yang cukup dalam bagi kesenian yang ada di dusun Saradan. Harapan para pelaku seni di dusun Saradan yaitu kesenian tetap bisa terus dipertahankan dan dilestarikan oleh generasi-generasi muda serta mendapatkan perhatian yang lebih dari instansi terkait. 

Ditulis oleh :

Hidayatul Hikmah – KKN UII

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *